Pages

Monday, February 27, 2012

Kenapa Aku Memilih Sosoknya

Gak terasa sosok ini telah menemani perjalanan hidupku hamper 4 tahun ini. Mengisi hariku dengan penuh warna-warni, pahit, asam, asin, dan  manis kehidupan. Ya, dialah kekasihku, teman sekelas dan sahabatku, BINTANG.
Well, aku bangga padanya meski tak banyak yang tau hebatnya dia dari segi kemauan dan pengorbanan. Mungkin wanita lain suka memiliki pasangan yang terlihat seperti lelaki yang hebat, terlihat pemimpin yang baik, kelihatan berkarisma, terlihat pintar, dan kelihatan dewasa. Oooh, aku bukan tipe wanita yang menilai segalanya dari segi “kelihatannya” dan “kehebatan yang ditunjukkan”. Aku suka padanya. Yaa, aku suka padanya karena dia berbeda, dia yang begini, terlihat lemah kadang, tetapi kemauan dia untuk bangkit dan lebih baik lebih besar dari pada orang lain.
Begitu pula cara dia mendekatiku kembali (kita pernah putus karena yah orang ketiga di pihaknya), dia tak menyerah. Dia tahu betapa aku membenci dia, tapi dia selalu memperhatikan apakah aku sudah makan, sholat, bahkan menghiburku saat badmood sekedar lewat SMS. Saat bertemu, ketika tahu aku sedang lelah maka dia aku membawakanku minum atau cemilan dengan senyum. Saat aku sedang di kampus serius dengan tugas dan laptopku, dia akan SMS yang membuatku tak terlalu terpaku pada yang aku kerjakan. Terus dan terus mendekat tanpa lelah.
Orang kebanyakan menilai orang dari hasil akhir. ayolah kita udah dewasa, hasil akhir bisa dipengaruhi banyak faktor termasuk kedekatan dan pandangan. Aku suka melihat dia berproses, dia bahkan tak pernah malu bertanya padaku saat dia tak tahu dan tak bisa (soal kuliah misalnya).
Pengorbanan cinta dia untukku pun berani aku banggakan sebagai yang terhebat. Dari semua teman lelaki yang kukenal, aku berani berkata pengorbanan mereka untuk kekasih mereka takkan sehebat dia. Aku berani jamin itu. Kekasih mereka bolehlah bangga pada mereka. Tapi saat mereka aku ceritakan bagaimana dia jatuh bangun untukku hanya untuk membuatku tersenyum, hanya untuk memastikan aku sehat, bahkan hanya untuk memastikan aku sudah makan, mereka mungkin hanya mampu terdiam.
Aku bukan sosok yang suka menceritakan kehebatan dia, menggembar-gemborkan pengorbanan dia. Bagi aku dan dia yang penting kita berdua yang merasakan ini.
Contohnya saja saat aku terluka parah karena diserang rampok dirumahku, aku langsung SMS dia dan ortuku. Waktu itu dia baru saja dari bank untuk membayar kuliah, begitu mendapat SMSku dia langsung berangkat dari bank di Solo ke rumahku di Magetan. Perjalanan 2 jam itu dia lakukan hanya dalam 1 jam (bayangkan aja tuh kecepatan berapa?) sampe dia lupa isi bensin untung ngepas banget tuh bensin nganter dia sampe RS tempat aku dirawat. Baru sampe ortuku langsung nyerahin uang 2,5 juta ke dia dan minta dia bayarin uang kuliahku ke bank di madiun, perjalanan 1 jam. Betapa capeknya. Begitu sampe dia langsung merawatku terus berada disampingku semalaman gak tidur, menyuapi, menenangkan, menghibur, dan menyemangati kesembuhanku. Adakah yang bisa melakukan pengorbanan (yang hanya sebagian kecil banget) ini seperti dia?
Walau begitu layaknya pasangan tak berarti tak punya kelemahan dan tak pernah bertengkar. Satu hal yang buat aku geregetan adalah rasa minder dia terhadap hasil akhir prestasi akademiknya, emosi yang kadang gampang meledak. Kadang inilah yang sering menjadi bahan kita bertengkar. Tapi kadang memang karena aku ini sangat manja, keras kepala dan tak mau mengalah. Kalo kami bertengkar mungkin beda dengan pasangan lain yang galau sana-sini. Saat kami bertengkar maka pertengkaran itu adalah pertengkaran hebat, saling adu argumen, adu kekeras kepalaan yang akan berujung pada perdebatan semalaman atau seharian dan hanya kami berdua yang tahu. Tapi saat bertengkar inilah semua uneg-uneg dan kejujuran akan keluar, dan saat itulah kami diam sejenak, menyadari, saling tersenyum dan kemudian minta maaf. Yah mungkin kami ini pasangan yang sangat aneh. Tapi kami memang bukan tipe yang suka bermuluk, suka berkata-kata indah nan romantis ke pasangan (yang kayak gitu biasanya bulsh*t). Kami suka kejujuran dalam hubungan kami, kami tau kelemahan masing-masing bahkan kebiasaan buruk masing-masing, kentut misalnya. Haha, ya kami saling tahu, kami tak mua nanti saat hubungan ini ke jenjang yang lebih sacral (amiin) kami akan kaget dengan sifat asli masing-masing.
Panjang bener ini artikel padahal belum memuat segalanya. Karena kalo dicerikan semua mungkin akan jadi sebuah buku. Hahah.. :D

Teruntuk kekasihku.
mirip dari mana coba?


BACA JUGA

No comments:

Post a Comment

Gimana pendapat kamu?