Gak terasa sosok ini telah menemani perjalanan
hidupku hamper 4 tahun ini. Mengisi hariku dengan penuh warna-warni, pahit,
asam, asin, dan manis kehidupan. Ya,
dialah kekasihku, teman sekelas dan sahabatku, BINTANG.
Well, aku bangga padanya meski tak banyak yang
tau hebatnya dia dari segi kemauan dan pengorbanan. Mungkin wanita lain suka
memiliki pasangan yang terlihat seperti lelaki yang hebat, terlihat pemimpin
yang baik, kelihatan berkarisma, terlihat pintar, dan kelihatan dewasa. Oooh,
aku bukan tipe wanita yang menilai segalanya dari segi “kelihatannya” dan “kehebatan
yang ditunjukkan”. Aku suka padanya. Yaa, aku suka padanya karena dia berbeda,
dia yang begini, terlihat lemah kadang, tetapi kemauan dia untuk bangkit dan
lebih baik lebih besar dari pada orang lain.
Begitu pula cara dia mendekatiku kembali (kita
pernah putus karena yah orang ketiga di pihaknya), dia tak menyerah. Dia tahu
betapa aku membenci dia, tapi dia selalu memperhatikan apakah aku sudah makan,
sholat, bahkan menghiburku saat badmood sekedar lewat SMS. Saat bertemu, ketika
tahu aku sedang lelah maka dia aku membawakanku minum atau cemilan dengan
senyum. Saat aku sedang di kampus serius dengan tugas dan laptopku, dia akan
SMS yang membuatku tak terlalu terpaku pada yang aku kerjakan. Terus dan terus
mendekat tanpa lelah.
Orang kebanyakan menilai orang dari hasil
akhir. ayolah kita udah dewasa, hasil akhir bisa dipengaruhi banyak faktor termasuk
kedekatan dan pandangan. Aku suka melihat dia berproses, dia bahkan tak pernah
malu bertanya padaku saat dia tak tahu dan tak bisa (soal kuliah misalnya).
Pengorbanan cinta dia untukku pun berani aku
banggakan sebagai yang terhebat. Dari semua teman lelaki yang kukenal, aku
berani berkata pengorbanan mereka untuk kekasih mereka takkan sehebat dia. Aku
berani jamin itu. Kekasih mereka bolehlah bangga pada mereka. Tapi saat mereka
aku ceritakan bagaimana dia jatuh bangun untukku hanya untuk membuatku
tersenyum, hanya untuk memastikan aku sehat, bahkan hanya untuk memastikan aku
sudah makan, mereka mungkin hanya mampu terdiam.
Aku bukan sosok yang suka menceritakan
kehebatan dia, menggembar-gemborkan pengorbanan dia. Bagi aku dan dia yang
penting kita berdua yang merasakan ini.
Contohnya saja saat aku terluka parah karena
diserang rampok dirumahku, aku langsung SMS dia dan ortuku. Waktu itu dia baru
saja dari bank untuk membayar kuliah, begitu mendapat SMSku dia langsung
berangkat dari bank di Solo ke rumahku di Magetan. Perjalanan 2 jam itu dia
lakukan hanya dalam 1 jam (bayangkan aja tuh kecepatan berapa?) sampe dia lupa
isi bensin untung ngepas banget tuh bensin nganter dia sampe RS tempat aku
dirawat. Baru sampe ortuku langsung nyerahin uang 2,5 juta ke dia dan minta dia
bayarin uang kuliahku ke bank di madiun, perjalanan 1 jam. Betapa capeknya. Begitu
sampe dia langsung merawatku terus berada disampingku semalaman gak tidur,
menyuapi, menenangkan, menghibur, dan menyemangati kesembuhanku. Adakah yang
bisa melakukan pengorbanan (yang hanya sebagian kecil banget) ini seperti dia?
Walau begitu layaknya pasangan tak berarti tak
punya kelemahan dan tak pernah bertengkar. Satu hal yang buat aku geregetan
adalah rasa minder dia terhadap hasil akhir prestasi akademiknya, emosi yang
kadang gampang meledak. Kadang inilah yang sering menjadi bahan kita
bertengkar. Tapi kadang memang karena aku ini sangat manja, keras kepala dan
tak mau mengalah. Kalo kami bertengkar mungkin beda dengan pasangan lain yang
galau sana-sini. Saat kami bertengkar maka pertengkaran itu adalah pertengkaran
hebat, saling adu argumen, adu kekeras kepalaan yang akan berujung pada
perdebatan semalaman atau seharian dan hanya kami berdua yang tahu. Tapi saat
bertengkar inilah semua uneg-uneg dan kejujuran akan keluar, dan saat itulah
kami diam sejenak, menyadari, saling tersenyum dan kemudian minta maaf. Yah mungkin
kami ini pasangan yang sangat aneh. Tapi kami memang bukan tipe yang suka
bermuluk, suka berkata-kata indah nan romantis ke pasangan (yang kayak gitu
biasanya bulsh*t). Kami suka kejujuran dalam hubungan kami, kami tau kelemahan
masing-masing bahkan kebiasaan buruk masing-masing, kentut misalnya. Haha, ya
kami saling tahu, kami tak mua nanti saat hubungan ini ke jenjang yang lebih sacral
(amiin) kami akan kaget dengan sifat asli masing-masing.
Panjang bener ini artikel padahal belum memuat
segalanya. Karena kalo dicerikan semua mungkin akan jadi sebuah buku. Hahah..
:D
Teruntuk kekasihku.
No comments:
Post a Comment
Gimana pendapat kamu?